Arsitektur Bali
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Arsitektur Tradisional Bali dapat diartikan sebagai tata ruang dari wadah kehidupan masyarakat
Bali
yang telah berkembang secara turun-temurun dengan segala aturan-aturan
yang diwarisi dari zaman dahulu, sampai pada perkembangan satu wujud
dengan ciri-ciri fisik yang terungkap pada lontar
Asta Kosala-Kosali,
Asta Patali dan lainnya, sampai pada penyesuaian-penyesuaian oleh para
undagi yang masih selaras dengan petunjuk-petunjuk dimaksud
[1].
Konsep Dasar
Arsitektur tradisional Bali memiliki konsep-konsep dasar dalam menyusun dan memengaruhi tata ruangnya, diantaranya adalah:
Orientasi Kosmologi / Sanga Mandala
Sanga Mandala merupakan acuan mutlak dalam arsitektur tradisional
Bali, dimana Sanga Mandala tersusun dari tiga buah sumbu yaitu:
- Sumbu Tri Loka: Bhur, Bhwah, Swah; (litosfer, hidrosfer, atmosfer)
- Sumbu ritual: Kangin (terbitnya Matahari) dan Kauh (terbenamnya Matahari)
- Sumbu natural: Gunung dan Laut
Hirarki Ruang / Tri Angga
Artikel utama untuk bagian ini adalah:
Tri Angga
Tri Angga adalah salah satu bagian dari
Tri Hita Karana, (Atma, Angga dan Khaya). Tri Angga merupakan sistem pembagian zona atau area dalam perencanaan arsitektur tradisional Bali.
- Utama, bagian yang diposisikan pada kedudukan yang paling tinggi, kepala.
- Madya, bagian yang terletak di tengah, badan.
- Nista, bagian yang terletak di bagian bawah, kotor, rendah, kaki.
Dimensi Tradisional Bali
Dalam perancangan sebuah bangunan tradisional Bali, segala bentuk
ukuran dan skala didasarkan pada orgaan tubuh manusia. Beberapa nama
dimensi ukuran tradisional Bali adalah :
Astha,
Tapak,
Tapak Ngandang,
Musti,
Depa,
Nyari,
A Guli
serta masih banyak lagi yang lainnya. sebuah desain bangunan
tradidsional,harus memiliki aspek lingkungan ataupun memprhatikan
kebudayan tersebut.
Categories:
0 komentar:
Posting Komentar